Secara
umum terdapat sejumlah pandangan yang telah berusaha
menangkap signifikansi fenomena yang terjadi di Eropa.Pandangan
pertama bertumpu pada pendekatan yang melihat bahwa krisis
finansial yang belum terselesaikan hingga saat ini disebabkan
oleh keterlambatan penanganannya. Lynn (2011) dalam buku “BUST
Greece, the Euro, and the Sovereign Debt Crisis”
menuliskan bahwa belum terselesaikannya krisis di zona Eropa
dikarenakan terlambatnya para petinggi–petinggi di zona Eropa
dalam menyadari kondisi keuangan Yunani yang sudah tidak mampu
membayar jatuh tempo utangnya. Hal lain adalah keengganan
negara-negara dengan perekonomian kuat seperti Jerman untuk
menolong Yunani pada awal krisis utang ini terjadi. Ketika krisis
meletus pada tahun 2008, kondisi Yunani sudah demikian parah
sehingga menyebabkan kepanikan terhadap pasar.
Kelalaian ini menandakan dua hal. Pertama, bahwa
peraturan berlandaskan perjanjian Stability and Growth pada 2003
telah gagal mengawasi prilaku negara–negara anggota Uni Eropa dan gagal
dalam menerapkan sanksi. Minimnya pengawasan pada akhirnya menghasilkan
tingginya utang Yunani dan Italia pada awal krisis ini
terjadi. Kedua, tidak adanya solidaritas negara-negara anggota
Uni Eropa diawal krisis ini terjadi. Sehingga Uni Eropa dianggap
tidak mempunyai legitimasi yang mumpuni untuk mengawasi negara-negara
anggotanya. Hal ini diperparah dengan pada waktu krisis terjadi
tidak adanya mekanisme dalam penanganan krisis ekonomi yang
terjadi untuk menyelamatkan negara-negara di zona Eropa, sehingga
krisis ini menyerang Eropa secara tiba-tiba tanpa ada
petunjuk bagaimana mengatasinya.
Pandangan kedua tentang penyebab terus memburuknya perekonomian
negara-negara Eropa diberikan oleh Krugmann (2011) yakni
hilangnya kemampuan negara untuk menentukan kebijakan ekonomi
yang tepat dalam masa krisis sehingga negara-negara seperti
Yunani terjerembap dalam krisis ekonomi. Negara-negara
yang bergabung dalam zona Eropa kehilangan kendali untuk
menghadapi keadaan di luar perkiraan mereka. Semestinya sebuah
negara mampu melakukan pencegahan sebelum krisis ekonomi muncul.
Hal inilah yang kurang dari sebuah integrasi di zona Eropa
(Krugmann2011). Seperti yang dikatakan Krugmann (2012) dalam
wawancaranya dengan Europepress “I think that the euro was a
romantic idea, and a fine symbol of political unity. But when you
give up your national currency, you lose a lot offlexibility, and it is
not easy to compensate for the loss of room for manoeuvre”. Dengan
indikator–indikator ekonomi Krugmann (2012) menunjukan bahwa
kekurangan dari integrasi Eropa adalah tidak adanya integrasi
fiskal dan hilangnya keluwesan negara dalam kebijakan
ekonomi, dikarenakan adanya sistem mata uang tunggal.
0 komentar:
Posting Komentar